Hampir semua masyarakat setuju dan berucap “MENDUKUNG” pemberantasan korupsi. Tetapi tunggu dulu, jika yang ditindak adalah orang lain maka akan mengatakan “RASAIN TUH HABIS RAKUS SIH.” Tetapi jika yang ditindak adalah dia sendiri, keluarga dan kelompoknya maka dengan segala cara akan mencari alasan pembenaran dan malah memberontak mengatakan pemberantasan korupsi hanyalah untuk pencitraan, tebang pilih dan tidak berkeadilan. Kenapa saya yang ditangkap bukankah masih banyak yang lain yang lebih besar ? Saya ini hanyalah ikan teri sementara ikan besarnya tidak ditangkap-tangkap.
Ada lagi cerita seorang teman, sebut saja namanya si A, dia bekerja pada suatu stasiun televisi. Baru-baru ini si A menceritakan bahwa stasiun televisi tempatnya bekerja diminta suatu lembaga negara untuk mengatur kegiatan berupa forum diskusi yang bertema “peningkatan integritas kebangsaan melalui pendidikan” yang mengundang pakar-pakar di bidang pendidikan. Tetapi pada saat pembayaran pegawai lembaga tersebut meminta “fee/ kick back”. Bukankah mereka baru saja melaksanakan suatu acara yang berhubungan dengan integritas. Si A merasa tidak senang untuk memberikan “kick back” tersebut, tetapi kemudian temannya nyelutuk bahwa KALAU TIDAK DIKASIH “FEE” MAKA PERUSAHAANNYA TIDAK AKAN MENDAPATKAN PEKERJAAN LAGI, terus mereka digaji dari mana ? Hal yang sama juga terjadi pada kampanye anti korupsi yang dilakukan oleh beberapa instansi yang lain. Pesan yang disampaikan adalah anti korupsi tetapi pada saat pelaksanaan kegiatannya juga melakukan korupsi.
Kenyataan tersebut terjadi pada masyarakat kita. Ucapan mereka mengatakan mendukung pemberantasan korupsi tetapi pada saat diminta bertindak mereka tidak akan melakukannya apalagi jika berhubungan dan bertabrakan dengan kepentingan mereka.